- Permintaan Paling Tinggi Layanan Jemput Barang (Domestic Door to Door Service)
- Peluang Pasar Wilayah Timur Indonesia Masih Besar
Jasa pengiriman selalu
dibutuhkan setiap saat untuk menunjang pengiriman barang dari satu tempat ke
tempat lain. Apalagi menjelang momen Lebaran, permintaan jasa ini akan naik
hingga 2 kali lipat atau 100% dari bulan biasa. Tak heran jika menjelang
Lebaran tak disia-siakan oleh pelaku usaha untuk bias meraup omset hingga
ratusan juta rupiah. Seperti apa persaingan usaha ini dan apa saja layanan baru
yang diminati konsumen?
Jasa pengiriman paket barang merupakan bisnis yang terus diminati
seiring dengan meningkatnya kebutuhan pengiriman barang secara cepat dan aman.
Tak heran jika berdasarkan data Asosiasi Perusahaan Jasa Ekspres Indonesia
(Asperindo), saat ini perusahaan yang bergerak dibidang jasa pengiriman sudah
mencapai 1.076 perusahaan, yang menyebar di 28 kota di Indonesia. Jumlah
terbanyak di Jakarta sekitar 167 perusahaan.
Menurut
Ketua Asperindo, M. Kadrial, arus pengiriman barang yang terus meningkat
didukung oleh peningkatan perbaikan transportasi. Menurut catatan Asperindo
mencapai Rp. 60 triliun per tahun. Jumlah tersebut bias meningkat lagi bila
beberapa perusahaan pengiriman kecil di daerah masuk anggota assosiasi.
Untuk
memulai usaha jasa pengiriman paket barang dibutuhkan persyaratan lokasi dan
izin usaha. Lokasi usaha sebaiknya dipilih di dekat perkantoran atau sentra
bisnis. Sementara perizinan cukup mengurus SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan)
dan TDP (Tanda Daftar Perusahaan) dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan.
Namun, bisa pula melengkapi keabsahan usahanya dengan mendaftarkan ke Dinas
Perhubungan dan Asperindo.
Modal yang
dibutuhkan untuk merintis usaha jasa pengiriman paket barang cukup besar,
seperti hanya Agung Dwi Handoko dan ketiga rekannya, pemilik PT. Nusantara
Citra Transporttindo (NCT) yang membutuhkan modal Rp. 18 juta di luar sewa
tempat karena sudah memiliki sendiri. Dan modal tersebut, sebesar Rp. 12,5 juta
digunakan untuk mengurus perizinan usaha yang membutuhkan waktu hingga 3 bulan.
Tak hanya
itu, di awal usaha juga harus menjalin kerja sama dengan pihak maskapai airlines dan transportasi lain seperti
kapal cepat (trucking), bus, serta
kereta api. Sebagai gambaran, modal untuk deposit ke pihak airlines dan trucking
besarnya minimal Rp. 10 juta hingga Rp. 50 juta. Belum lagi, pelaku usaha harus
membuat jaringan perwakilan usahanya di daerah, untuk mendukung kelancaran dan
keamanan pengiriman barang dari satu tempat ke tempat lain.
Melihat
cukup besarnya modal yang harus dikeluarkan, serta persiapan usaha yang cukup
rumit, menurut pengamat bisnis Bambang Wahyu Purnomo, bagi pemula usaha
disarankan menjadi Agen atau Mitra dari perusahaan jasa pengiriman yang membuka
tawaran menjadi Agen/Mitra, untuk menjajaki seperti apa medan bisnis ini.
Investasi menjadi Agen perusahaan jasa pengiriman juga variatif, berkisar
jutaan hingga puluhan juta. Seperti pengalaman Pathury yang menjadi Agen TIKI
sejak tahun 2005 dengan investasi sebesar Rp. 20 juta untuk membeli peralatan,
mengurus izin usaha dan deposit ke pusat TIKI yang saat itu, tahun 2005,
besarnya Rp. 10 juta. Syarat lain lokasinya strategis dengan jarak 2-3 km dari
Agen jasa pengiriman TIKI lain. Ada pula perusahaan jasa pengiriman paket tidak
menerapkan investasi apapun. Seperti Haskersam (HKM) Cargo Logistic yang hanya
mensyaratkan surat rekomendasi dari seseorang yang dipercayai, kerja sama bisa
disepakati. Selain itu ada kemauan untuk jujur dan bertanggung jawab.
Meski
persyaratan usaha dan modal cukup besar, namun pemilik usaha jasa pengiriman
mampu meraup omset besar, seperti Haryadi Suradi, Pemilik PT. Mitra Bahari yang
bisa mencapai omset hingga Rp. 2 miliar per bulan. Begitu pula Agung Dwi
Handoko dan rekannya, dengan omset mencapai Rp. 500 juta per bulan dan
keuntungan sekitar 15%. Lain halnya keuntungan yang diterima Agen lebih kecil.
Seperti Pathury yang meraup omset Rp. 40-50 juta per bulan, dengan keuntungan 15-20% atau sekitar Rp. 6-10 juta.
Layanan. Persaingan bisnis jasa
pengiriman cukup ketat sehingga pelaku usaha harus menghadirkan berbagai
layanan yang belum banyak digarap pelaku lain. Seperti Agung Dwi Handoko dan
rekannya yang memilih menyasar pangsa pasar di wilayah Indonesia Timur yang
pemainnya masih sedikit. Begitu pula Haryadi Suradi, Pemilik PT. Mitra Bahari
(Kargo) yang khusus melayani jasa pengiriman lewat laut. Untuk menghindari
persaingan, ia juga memilih segmentasi pasar wilayah Pekanbaru, Batam dan Medan
yang peluangnya sangat bagus.
Begitu pula
HKM Cargo yang menghadirkan layanan baru berupa priority service. Layanan ini diberikan 24 jam non stop untuk
konsumen yang membutuhkan pengiriman barang dalam waktu mendesak. Selain itu
tidak ada ketentuan minimal barang yang dikirim. Kerja sama dengan perusahaan
asuransi juga dibutuhkan untuk mengantisipasi risiko barang rusak atau hilang.
Jasa
pengiriman paket yang saat ini paling diminati konsumen adalah domestic door to door service, yaitu
layanan jemput barang dari lokasi pengirim hingga antar barang ke lokasi
penerima di seluruh wilayah Indonesia. Layanan ini hanya berlaku untuk
pengiriman barang domestic.
Permintaan
pengiriman barang menjelang Lebaran bisa melonjak 50-100 persen dari kondisi
normal. Seperti diakui Pathury jika hari biasa rata-rata pengiriman 75-100
barang/hari. Biasanya lonjakan ini terjadi sebulan sebelum hari Lebaran.
Stategi Pemasaran. Untuk menarik minat
calon konsumen di awal usaha, bisa menawarkan ke lingkungan sekitar terlebih dahulu,
seperti menyebarkan brosur atau iklan berisi informasi keunggulan layanan yang
dimiliki, serta membuat website usaha. Bisa pula merekrut tenaga marketing yang bertugas jemput bola
dengan menawarkan layanan ke perusahaan franchise,
pusat grosir, perkantoran dan lainnya dengan memberikan info mengenai
keunggulan layanan. Seperti jemput barang dan pemberitahuan ke pengirim jika
barang sudah sampai tujuan, gratis biaya pengemasan kecuali untuk kemasan dari
bahan kayu, kemudian biaya kirim di atas Rp. 1 juta bisa DP 20-30 persen,
diskon 10% untuk barang kiriman dengan berat lebih dari 20 kg, dan lainnya.
Nah, jika Anda ingin menjajal peluang bisnis pengiriman ini, apalagi ini saat
yang tepat jelang momen Lebaran, semoga sukses. Fidelis, Tim Utama.
PERHITUNGAN USAHA JASA
PENGIRIMAN BARANG
Kebutuhan akan jasa pengiriman barang (kargo) diprediksi akan
semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pasarnya yang selalu terbuka menjadi
daya tarik yang cukup potensial bagi para pebisnis. Modal awal yang dibutuhkan
memang tidak sedikit, namun bila melirik keuntungan yang diperoleh dari usaha
kargo ini cukup menggiurkan.
Untuk memulai usaha ini, Anda bias memulai dengan mengurus
SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan) dan TDP (Tanda Daftar Perusahaan) yang
tergolong masih tinggi.
Barang Modal Rp.
205.000.000
Pembuatan SIUP Rp. 40.000.000
Sewa tempat/tahun Rp. 60.000.000
Peralatan kantor Rp. 25.000.000
Armada (mobil pick
up) Rp. 80.000.000
Pengeluaran per bulan Rp.
220.000.000
Biaya kirim barang Rp. 200.000.000
Gaji karyawan Rp.
15.000.000
Biaya listrik, air
dan transportasi Rp. 5.000.000
Dari perhitungan
diatas, modal awal yang dibutuhkan untuk memulai bisnis jasa pengiriman barang
sebesar Rp. 425.000.000. jika dalam satu bulan mampu menggaet 100 konsumen dengan
total berat barang 50 ton/bulan serta biaya pengiriman rata-rata Rp. 10.000/kg,
maka pelaku usaha bisa mendapatkan :
Omset Rp. 500.000.000
Pengeluaran Rp.
220.000.000
Keuntungan Bersih Rp.
280.000.000
(Omset – Pengeluaran
per Bulan = Rp. 500.000.000 – Rp. 220.000.000)
Return on Investement (balik modal) setelah 2-3 bulan.
1 komentar: on "Bisnis Jasa Pengiriman Jelang Lebaran Naik Sampai 100%"
terimakasih telah berbagi artikel yang menarik dan bermanfaat...
Aplikasi Rental Mobil Android Terbaik
Posting Komentar